Rabu, 19 Januari 2011

Dio Adnan Farabi

Dengan nama itu lah gue menapaki kisah hidup di dunia dan melaporkan kisah gue itu kelak di akhirat. Gue penasaran sebenernya nama gue udah terdaftar di Lauhul Mahfuzh dari dulu alias dari zaman azali sana (zaman yang tidak tertembus oleh waktu itu) apa pas gue baru lahir di dunia terus baru terdaftar di Lauhul Mahfuzh-Nya ?
Wallahu'alam.

"apalah arti dari sebuah nama" kata William Shakespeare.
Eet, tunggu dulu !
Nama yang ditempel di KTP, rekening, dan di daftar hadir itu punya arti dan pengharapan lho dari orang tua kita.

Yuk, kita mulai dari "Dio"
Dio ternyata merupakan singkatan dari Dengan Izin Allah.
Dan berkat izin-Nya lah gue ada di dimensi ini.
Subhanallah. Gue baru sadar betapa indahnya nama gue (amin T.T)
Oh, iya untuk vokal 'o' sendiri bukan diliat secara graft-nya ya tapi secara fohn-nya ^,^
Dio juga merupakan nama panggilan gue dari gue orok sampe detik ini.

Selanjutnya "Adnan"
kata Adnan diambil dari salah seorang tokoh bernama Adnan Kasogi.
Meninjau perkataan ortu, ternyata Adnan Kasogi merupakan salah satu dari sekian banyak manusia terkaya di dunia (!!!)
katanya beliau dikenal melalui sebuah perusahaan yang berpengaruh di zamannya.
Mungkinkah gue bakal menjadi salah satu dari sekian banyak orang terkaya di dunia ?
Jujur gue enggak ada ekspektasi apa-apa buat yang ini. Kaya bukan berarti enggak berusaha kan ?
tapi gue tetep salut sama ortu gue karena sudah mau menyemayamkan kata dari nama ini buat gue.
However, berhubung ortu menganggap "berat" nama Adnan Kasogi, jadinya mereka hanya memenggal setengah kata dari namanya (unik ya ? :D)
dan belakangan ini gue baru sadar (lagi) ternyata Adnan itu juga merupakan salah satu nama surga Allah SWT lho !
izinkan hamba Ya Allah supaya bisa menjadi penghuni surga-Mu --yang tidak bisa diterjemahkan dengan pancaindra akan keindahannya--
amin.

Terakhir "Farabi"
kata ini diambil dari salah satu sekolah musik yaitu yaa Farabi itu sendiri.
Dan apakah ini yang ngebuat gue doyan sama musik ya ? (alibi banget)
yaa walaupun gue sama sekali enggak gape mainin alat musik, tapi emang bener sih gue i'm in love dengannya bro ;D
padahal alat musik yang bisa gue maenin sampe sekarang ya cuman pianika + suling. Itu juga karena waktu ada pelajaran kertakes pas SD + SMP buat dapet nilai.
but still, i prefer flute than pianika :DD
ckckck.
Dan shocking-nya gue, ternyata kata Farabi itu juga merupakan nama seorang ilmuwan fisika (whaat !?)
iya bener walaupun nama fisikawan itu ada tambahan 'al' di depannya (Al-farabi)
sampe sekarang gue enggak ngerti kenapa gue enggak bisa suka sama pelajaran sains (no offence ya buat science-lover ^^;)
tapi emang jiwa gue enggak di sana apa mau di kata ?

•••

Sudah puas mendengar sejarah dan seluk-beluk NAMA gue, gue akan bercuap-cuap tentang apa yang telah ia lakukan buat gue.
Pertama-tama gue terbelalak kaget dan seneng bukan kepalang karena NAMA gue "kecantol" di koran dan di situs pada saat pengumuman SNMPTN dibeberkan pada saat bulan Juli 2010 yang menyatakan gue diterima di UI.
gue yang sebelumnya udah ngikutin tes SIMAK UI dan UMB namun pada kenyataannya NAMA gue belum diizinkan "kecantol" baik di koran maupun situs pada waktu itu, selalu tersenyum tabah dan membatin, "belom yo, belom."

and guess what ??

gue lolos di ajang pencarian karir pendidikan yang notabenenya SNMPTN _dan_ itu merupakan ujian saringan terakhir yang memerbolehkan UI menyediakan bangkunya di tahun itu. Gue diterima di fakultas ilmu pengetahuan budaya, jurusan sastra indonesia, yang cuma ngobral 10 bangku dan ditambah beberapa ratus pesaing dari seluruh penjuru tanah air. Sungguh benar-benar keajaiban luar biasa yang enggak bakal gue lupain seumur hidup bisa mengenyam pendidikan di universitas nomor satu di Indonesia. Meskipun bukan pilihan pertama gue, ini merupakan buah kerja keras gue selama ini (TvT)
FYI, gue milih jurusan psikologi di pilihan pertama gue, tapi gue sama sekali enggak ngedumel kenapa gue enggak berhasil nyabet pilihan pertama gue.
Dan kenapa gue milih sastra indonesia di pilihan kedua karena ada sesuatu chemistry yang unik (ajiyeee) ketika gue ngebaca jurusan itu dan sangat serta-merta disetujui oleh ortu ketika gue milih jurusan itu. Gue enggak pernah lupa sensasinya, atmosfernya, dan euforianya saat NAMA gue terpampang gagah di sebuah situs dan surat kabar yang ngebuat gue deg-deg-an setengah mati buat tau gue diterima apa enggak. Flashback gue pun muncul seketika itu juga...

•••

Tahun terakhir gue di dunia persekolahan bukan tanpa hambatan.
Perjuangan, asa, semangat, mimpi, dukungan, keringat, doa adalah teman baik yang selalu mendampingi gue selama ini. Gagal, kantuk, amarah, dendam, dengki, malas, dosa adalah musuh sekaligus guru gue untuk naik kelas di sekolah kehidupan.
Gue harus ngaku kalo gue adalah lelaki yang tidak tereksistensi (baca : enggak eksis) di sekolahan. Mungkin bisa dibilang kehadiran gue cuman untuk menuhin daftar hadir di kelas. Pulang langsung pulang enggak wara-wiri rapat, latihan, mentoring, ekskul ini, ekskul itu, dsb.

Just ordinary man that living inside of his life.

Hari-hari gue kayak papan catur, item-putih.
Sekolah, pr, ulangan, sekolah, pr, ulangan. Begitu seterusnya siklus kehidupan gue di sekolahan. Dan sampe akhirnya gue menginjakkan kaki gue di semester 5 di sebuah SMA di Depok yang bernomor urut 2 itu, suatu impian yang menggebu-gebu pun muncul seketika itu juga. Impian yang dielu-elukan oleh banyak orang dan menjadi kebanggaan orang tua. Hari-hari yang item-putih itu pun gue kendarai oleh satu tujuan : UI.

Kejenuhan yang bertumpuk-tumpuk tentang Try Out, UN, UAS, dan ujian masuk universitas harus gue jabanin demi terangkainya impian indah gue.
Hari-hari yang gue lewati dipenuhi dengan materi, apalan, kisi-kisi, rangkuman, tips, lagu-lagu penyemangat, dan cerita-cerita inspiratif itu ngebuat kinerja otak dan semangat gue berkobar-kobar sejadi-jadinya.

Seleksi Masuk UI (SIMAK UI) pun tiba dengan gegap gempita dan bertabur saingan dari segala penjuru tanah air. Beruntungnya, gue tes di kandang gue sendiri, jadinya enggak perlu repot-repot survei tempat. Ujian itu berlangsung sehari, namun jerih payah dan keringat yang ditumpahkan butuh berbulan-bulan demi menghitamkan 1 dari 5 jawaban yang mengantarkan "pejuang" UI diterima di fakultas yang didamba-dambakannya. Dan beruntungnya gue lagi, gue enggak lolos SIMAK. Padahal tahun itu UI membuka peluang > 50% untuk menyerap mahasiswa baru.

Enggak puas di SIMAK UI, Ujian Masuk Bersama (UMB) gue godain.
Gue menyelesaikan UMB yang juga diadain sehari itu di salah satu SMA di Tebet yang bernomor urut 37. Karena gue cukup yakin dengan kemampuan IPS gue, gue pulang dengan membawa sedikit beban dan dipenuhi pikiran-pikiran bahagia akan UI. Tapi pada kenyataanya, beban yang gue bawa dan pikiran-pikiran bahagia gue enggak cukup buat diterima di UI.

Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pun membuka kesempatan terakhir bagi calon mahasiswa UI.
Penyelenggaraan SNMPTN berlangsung 2 hari, dan gue kedapetan tes di SMA dengan nomor urut 38 di daerah Lenteng Agung, Jakarta Selatan.
Bedanya, SNMPTN menghadirkan TPA (Tes Potensi Akademik) yang memiliki andil 30% dan 70% dari tes bidang studi dasar beserta bidang studi IPS.
Dan apa yang terjadi ?
dengan mengisi kurang lebih 58 dari 75 soal TPA, 1 dari 15 soal matematika, 13 dari 15 soal bahasa indonesia, 15 dari 15 soal bahasa inggris,
dan beberapa jawaban yang berhamburan dari 60 soal di bidang studi IPS, gue pulang dengan hati dan pikiran yang lapang, tanpa ekspektasi apapun.
Gue sudi lebih tua satu tahun untuk mengenyam pendidikan di UI misalkan gue enggak lolos juga di SNMPTN tahun ini.
Enggak ada yang mudah, tapi enggak ada yang mustahil kan di dunia ini dengan bantuan-Nya ?

•••

Sabtu, 17 Juli 2010.
Gue menorehkan sejarah bagi kehidupan gue sendiri pada hari berikut tanggal itu.
di sebuah surat kabar mengabarkan bahwa :

21030022008017 DIO ADNAN FARABI

dinyatakan lolos seleksi SNMPTN yang berkuota < 20% itu untuk menjaring mahasiswa baru di UI. Seketika itu juga perasaan kaget, haru, bahagia, bangga, dan rasa enggak percaya melebur jadi satu. Gue keterlaluan kalo minta lebih dari ini. Bagi gue ini sebuah fenomena bahwa anak yang 'tidak masuk hitungan' kayak gue layak mengenyam pendidikan di UI. Hiperbolis emang, tapi ini istilahnya once in the lifetime for me...
Berkat NAMA dan legalitas yang indah dari Sang Penentu itu lah gue bisa melanjutkan studi ke tingkat yang lebih tinggi.
Setelah kejadian ini, apa yang paling indah selain bersyukur kepada-Nya ?

i made it mom, dad...
may this milestone made both of you proud of me...
:')


•••

AND the adventure is about to start !

gue sendiri adalah seorang lelaki yang berkomponen phlegmatis dari segi personality, bersistem silent-protagonist dari segi game RPG,
berbirokrasi LABIL-isme dari segi politik, berbasis metafora dari segi intelektual, dan berstruktur humus dari segi spesimen.
:D :D :D

in any case,
i'm just another boy with his glasses 8-)

kenapa nge-blog ?
karena sesuatu yang diucapkan akan menguap dan harus dibekap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar