Selasa, 25 Januari 2011

Mission Accomplished !

18 januari 2011.
Hari ini ayah gue turun tangan ke UI menyangkut permasalahan administrasi. Dengan membawa berkas-berkas pendukung seperti print-out BOPB, bukti pembayaran kuliah semester 1, salinan surat permohonan kuliah kembali, salinan surat pengajuan cicilan BOPB, beliau melenggang ke UI dengan sigapnya. Sehari sebelum ke UI, ternyata beliau mendapat kabar dari manajer pendidikan di FIB UI perihal permasalahan status akademis gue di kampus. Manajer pendidikan tersebut mengatakan bahwa dia belum menerima surat pengajuan cicilan BOPB (mungkin dapet kabar dari dekan FIB) Padahal udah gue buat sedemikian rupa dengan perjuangan yang "indah" untuk mengantarkan surat itu sampai ke tangan yang berhak. Tapi karena satu dan lain hal, surat pengajuan cicilan BOPB gue terbengkalai begitu aja tanpa meninggalkan jejak. Manajer pendidikan tersebut mengatakan bahwa FIB pada saat itu sedang mengalami overload dalam menangani masalah yang serupa sehingga surat-surat yang masuk di hari-hari akhir registrasi administrasi "terpaksa" tidak terdekteksi.

Kemudian, hal yang mengejutkan pun terjadi.
gue divonis dengan hukuman denda akademik 100% sama dekan FIB. ini berarti 2,6 juta x 2 = 5.2 juta.
Alamak. Uang dari mana sebanyak itu ?
Tapi ayah gue tetep nanyain perihal ini ke dekan FIB karena sewaktu bayaran kuliah semester 1 gue sama sekali enggak telat transfer buat ngelunasin biaya kuliah gue. Beliau juga nunjukkin bukti pembayaran kuliah semester 1 ke dekan.
Dan, apakah yang terjadi ?
Ternyata ada mislead di sini. Setelah melalui proses penyelidikan, bukti pembayaran semester 1 gue BELUM di-submit ke database UI. Lagi-lagi masalah yang serupa, overload.

*POOF*

Ini mengingatkan kita kalo kita cuma manusia, punya khilaf dan enggak bisa sempurna.
Lagi-lagi gue harus mengatakan, prince of ngaret berdampingan dengan princess of luck.
Tapi, siapakah princess of luck itu ?

i wonder. . .

Kamis, 20 Januari 2011

Bad News

15 Januari 2011
Gue denger kabar dari ayah kalo ternyata pas beliau mau transfer bayaran kuliah semester 2 gue, muncul sebuah pemberitaan yang tidak mengenakkan. Layar mesin sebuah ATM mem-pop up-kan kabar bahwa bayaran kuliah gue harus LUNAS tanpa memerincikan pengalokasian cicilannya.
Kenapa bisa begitu ?
apakah gue telat bayaran di semester 1 ?
apakah gara-gara gue ngambil cuti di semester 1 ?
atau apakah cara-cara gue yang salah dalam mengurusi masalah administrasi kemarin-marin ?

Gue denger semua kejadian "lucu" itu semua dari ayah tadi malem. Ayah gue yang udah berusaha mati-matian banting tulang menghidupi keluarganya sampe-sampe beliau suka enggak pulang ke rumah dengan alasan belum mendapatkan "apa" yang seharusnya beliau dapat harus nerima semua perlakuan ini ?
gue enggak ngerti sebenernya ini salah apa dan siapa. Gue cuma berharap kasus yang kayak gini segera terselesaikan dengan semestinya. Gue udah cukup banyak numpuk burden ke ortu gue dan gue enggak mau nambahin itu lagi ke mereka. Udah saatnya gue ngilangin burden yang udah gue tumpuk ke mereka.

Way to go, Dio !

Kuliah (lagi)

14 Januari 2011
Hari ini seperti biasa gue memertahankan gelar gue sebagai --Prince of Ngaret-- karena apa-apa yang gue kerjain pasti NGARET a.k.a TELAT a.k.a TERLAMBAT.
Telat bangun, telat makan, telat mandi, sampe telat secara akademik.
Nah, yang telat terakhir itu yang ngebuat gue harus belepotan sana-sini mengorek-ngorek informasi bagaimana caranya gue bisa melanjutkan kembali kuliah gue (secara kalo enggak ngajuin surat permohonan berarti gue dianggap mengundurkan diri dari universitas tercinta gue T~T), menanyakan mata kuliah apa aja yang boleh gue ambil buat semester 2 beserta matkul-matkul apa aja yang menjadi syarat untuk matkul-matkul lain sama PA + hal-hal seputar Sistem Informasi Akademis Next Generation
(SIAK NG)

Oh, iya untuk mengetahui kenapa gue skip di semester pertama pasti bakal gue beberkan suatu hari nanti (tunggu tanggal mainnya ya !)

Pagi ini gue bangun sekitar pukul 09.00 setelah kemaren gue berpeluh-peluh, berdarah, bernanah -lebay- buat nyari informasi registrasi akademik semester 2 dan bertemu PA _dan_
voila !
gue diizinkan mencomot 14 sks dari 23 sks yang tersedia. Ini berarti 4 dari 7 matkul yang mesti gue jabanin buat semester ini berhubung matkul yang lain harus membutuhkan matkul semester 1 sebagai syarat untuk bisa melanjutkan ke matkul yang bersangkutan.

Matkul yang boleh gue ambil :
1. MPKT Agama (2 sks)
2. MPKT Bahasa Inggris (3 sks)
3. MPKT B (6 sks)
4. Perkembangan Bahasa Indonesia (3 SKS)

Matkul yang belom boleh gue ambil :
1. Fonologi Bahasa Indonesia (3 sks)
syarat : telah mengikuti matkul Pengantar Linguistik Umum di semester 1 dengan
nilai minimal C
2. Kemahiran Bahasa Indonesia II (3 sks)
syarat : telah mengikuti matkul Kemahiran Bahasa Indonesia I di semester 1
dengan nilai minimal C
3. Pengkajian Prosa (3 sks)
syarat : telah mengikuti matkul Pengantar Kesusastraan di semester 1 dengan
nilai minimal C

Anyway, senior gue yang bernama Denty Kusuma Wardany, mahasiswi prodi Indonesia angakatan 2008, kemaren 'membocorkan' rahasia tentang seluk-beluk registrasi administrasi akademik untuk para penerima Biaya Operasional Pendidikan Berkeadilan (BOPB).
Berikut dialog gue dengan beliau :

"gimana, Dek ? udah diurus administrasinya ?"
tanyanya.

"beloman, Kak. rencananya sih pas tanggal 15 nya baru mau bayar tapi enggak tau juga tanggal segitu udah ada uangnya apa belom."
jawab gue lemes.

"eh, tapi kata temen aku yang adkesma bisa dicicil lho, Dek, BOPB-nya. Nanti aku kasih tau nomornya ke kamu ya. Namanya Lu'lu."
tawar Kak Denty ramah.

"beneran, Kak ? tapi gimana caranya bisa dicicil gitu ?"
tanya gue dengan heran karena setau gue BOPB merupakan sistem pembayaran yang SUDAH diringankan dan dibebankan kepada mahasiswa sesuai dengan penghasilan orang tua.

"iya, jadinya kamu disuruh buat surat pernyataan ke wakil dekan. Tapi formatnya kayak apa aku enggak tau. Nanti coba ditanya-tanya aja, Dek."
tukasnya.

"oh, gitu. Harus dicoba itu, Kak ! Makasih ya, Kak Denty !"
jawab gue sumringah.

"oke, Dek."
balas Kak Denty dengan senyum simpulnya.

Selanjutnya gue ngobrol ngalor-ngidul sepanjang jalan sama senior gue yang satu ini tentang UI, organisasi di dalamnya, pengalaman ngajar, sama idealisme UI sendiri. Sungguh lincah, tangkas, dan lihainya gadis berhijab ini dalam mengekspresikan kata-kata yang dikombinasikan dengan body language yang ia tunjukkan. FYI, Kak Denty juga merupakan senior gue waktu gue SMA. Bahkan SMP pun kita samaan ! (how lucky i am :D) SMA 2 Depok + SMP 3 Depok. Terus ketemu lagi di kampus yang sama, fakultas yang sama, jurusan yang sama.
Tapi kenapa baru 'ngeh' sekarang ?
who knows ??

•••

Kembali ke tanggal 14 Januari 2010. Hari ini juga gue kebut-kebutan sama waktu. Dan gue baru ber-sms ria dengan Kak Lu'lu pagi ini (jangan tanya gue kenapa baru sms XD), beliau berkata bahwa alangkah lebih baiknya kalo gue langsung menghadap langsung ke ka. departemen adkesmanya, namanya Ana, mahasiswi prodi Arab 2009.
langsung gue ngebut nanyain perihal BOPB itu kepada beliau. Sepersekian menit pun Kak Ana ngebales sms gue yang kurang lebih berbunyi :

"Iya masih bisa, tapi hari ini terakhir.
formatnya ada di saya.
kamu ke ruang BEM ya jam 10."

Seketika itu juga gue sontak kaget dan ketar-ketir sendiri enggak jelas karena pukul di HP gue adalah 09.48 ! gue enggak tau apa yang akan terjadi kalo-kalo gue dateng lewat pukul segitu...
pikiran-pikiran buruk pun mulai merasuk :
gue enggak ketemu kakaknya, terus gue harus bayar lunas BOPB gue, dan akibat enggak sanggup bayar waktu hari H gue kena denda dan gue enggak bisa buka SIAK dan gue terpaksa keluar dari kampus perjuangan gueee T~T
Aaargh !!! NO NO NO !
(be calm somehow, Dio...)
*SIGH*
emang rumah gue enggak begitu jauh dari UI tapi kan tetep aja kalo udah pukul segitu siapa yang jamin kecuali Sang Pencipta ?
pertama-tama gue bingung mana duluan yang mesti gue kerjain, entah itu sarapan apa mandi duluan. Dan akhirnya gue dapet satu kesimpulan kalo pagi ini gue kedapetan ENGGAK SARAPAN dan ENGGAK MANDI ! (what a good boy) buru-buru gue semprot banyak-banyak parfum tercinta gue, enggak lupa juga pake obat keti (baca:deodorant) di --ya jelaslah-- keti gue, dan grasak-grusuk gosok gigi ala kadarnya. Setelah rangkaian kegiatan itu selesai, gue langsung CAO ke kampus.

Selama perjalanan gue enggak berani ngeliat HP, bukan iritasi karena HP gue yang sampe sekarang belum diganti, melainkan emang gue sekarang lagi kejar-kejaran sama waktu. Akhirnya gue nyampe juga di stasiun universitas tercinta gue, dan gue enggak mau ngambil resiko bakal jalan dari sini ke Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya alias FIB coz istilahnya udah injury time !
naik ojeklah gue dari stasiun ke FIB. goceng. MAHAL T~T
pas gue uda nyampe dan mau bayar dengan selembar uang Rp20.000,00, ternyata abang ojeknya enggak punya kembalian !
MAMA !
ya udah abis itu jadinya dikembaliin sama tukang ojeknya Rp10.000,00 dan dia janji bakal ngembaliin yang gocengnya ke gue pas ketemu dia lagi di pangkalan ojek deket stasiun.
"mudah-mudahan bisa dipercaya ni tukang ojek." batin gue.

gue tergopoh-gopoh sembari berlari-lari dengan riang menuju gedung IX dimana ruang BEM itu berada.
dan... voila !
ternyata ada Kak Denty, Kak Rahma, Kak Putri, Kak Wahyu, dan Kak Bepe yang kesemuanya itu adalah senior-senior gue di sastra Indonesia !
sungguh kehadiran mereka semua membayar ongkos gue pagi ini ! (tapi sayangnya enggak begitu pada kenyataannya XD~)
langsunglah di dalam ruangan itu gue bertatap muka dengan Kak Ana, selaku ka. departemen adkesma. Beliau langsung menyuguhkan format surat itu ke gue dan sekaligus ngasih tau gue kalo loket kesekretariatan dan kearsipan di gedung II bakalan tutup pukul 11.00 karena hari ini ada Jumat-an. Kak Denty yang sedang asyik mengetik di notebook-nya Kak Putri tiba-tiba pandangannya terpancing ke format yang sedang gue tulis ulang di notes gue.

"sini biar aku yang ngetik."
terlontar begitu aja dari mulutnya ketika waktu telah menggencet gue lebih dempet.

"waduh, makasih banget ya, Kak !"
kata gue no jaim sembari berjingkrak-jingkrakkan di dalam hati.

Gue ngediktein formatnya dan Kak Denty tentunya ngetik apa yang gue diktein dan ngoreksi ejaan-ejaan yang salah di format itu. Waktu gue yang makin kegempet ini dibayar lunas dengan kebaikan Kak Denty yang dari kemaren bantuin gue...
(gue doain Kak Denty semoga masuk surgaaa ! amin.)
nah, sekarang masalah perincian nyicilnya. periode cicilan dibagi 3, cicilan pertama tanggal 4-15 Januari 2011, cicilan kedua 1-15 Februari, dan cicilan ketiga 1-15 Maret. Masing-masing periode boleh sama rata pembagian besar biayanya atau boleh satu sama lain berbeda dalam pencantuman besar-kecilnya biaya yang akan dikeluarkan. Gue harus bayar Rp2.600.000,00 per semesternya. Jadinya gue mesti minta pendapat dong sama ortu, baiknya pengalokasian cicilannya berapa-berapa aja tiap periode. Setelah gue kirim sms ke ayah gue, beliau enggak bales, ditelpon juga enggak diangkat. Yaudah abis itu gue nyoba hubungin mama, tapi ga ada balesan juga dari beliau. Dan terakhir menunggu respon dari abang gue, tapi alhasil enggak dapet jawaban juga dari dia. Pikiran gue semrawut karena gue enggak tau ortu sanggup bayar berapa. Dan saat itu juga Kak Denty memecah kesemrawutan gue itu,

"guessing aja gimana, Dek ?"
tanya Kak Denty memberi jalan keluar.

"boleh aja Kak, tapi..."
jawab gue ragu.

"kira-kira aja, ya mungkin dibawah 1 juta dulu buat cicilan pertama dan seterusnya baru dipikirin nanti."
ujar Kak Denty menenangkan.

"iya pikiran Dio juga di bawah 1 jutaan, Kak."
jawab gue.

"berapa ya, Dek, kira-kira ? 800 ribu, 500 ribu, apa 300 ribu ?"
kata Kak Denty memberi pendapat.

"500 ribu aja, Kak."
jawab gue setengah yakin. Kak Denty keliatan berpikir sejenak dan langsung menjawab,

"Oke, berarti cicilan keduanya 1 juta, cicilan ketiganya 1,1 juta. gimana, Dek ?"
kata Kak Denty meyakinkan.

"Sip"
jawab gue ringkas.

selesailah perkara pengalokasian cicilan dan rampunglah semua yang diinginkan format itu.

Udah pukul 10.30
berarti sekarang tinggal nge-print.
biasanya mahasiswa-mahasiswa di sini nge-print segala macem urusannya di Kopma (Koperasi Mahasiswa) or di DPM. Karena kopma lagi tutup dan komputer di DPM juga lagi error, terpaksalah gue menilik ke fakultas tetangga berkat saran dari Kak Denty. Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom). Jujur, gue belom pernah ke fasilkom sampe detik ini juga (apa !?? bisa dikeroyok warga fasilkom lu yo !!!). Iya, maafin gue ya Kak Denty dan teman-teman. Besok-besok gue mesti apal peta UI di luar kepala (amin). Jadi gue rada galau nih kalo perjalanan gue ke fasilkom nanti malah membawa duka dan nestapa (sepik)
Dan gue pun memiliki pilihan lain.
Rental di STASIUN UI !
ya, gue putuskan untuk nge-print di sana karena jaraknya enggak begitu jauh dan sebenernya enggak begitu deket juga sih. Tapi alternatif ini yang paling meyakinkan.
Tanpa banyak pikir dan banyak cincong gue cabut ke sana.

Pukul 10.45 gue tiba di rental tersebut.
langsung aja gue colok MP3 abang gue, buka explore, buka file gue, dan teman-temannya itu.
*PRINT*
Pas gue liat lagi HP gue ternyata udah pukul 10.48 !
langsung aja gue ngibrit layaknya orang kebelet dari stasiun ke FIB gedung II.
Siapa sangka ternyata pas di pintu masuk FIB gue ketemu temen gue yang bernama Nuriyah Amalia a.k.a Jek !
dia temen sejurusan dan seangkatan gue di UI. Langsunglah dia menghampiri gue dan bertanya seputar SIAK NG. gue jawab sekenanya aja coz waktu enggak bisa diajak kompromi. Maafin gue ya Jek :'(

setibanya gue di gedung II tiba-tiba gue hopeless..
kenapa ?
di sana seperti tidak berpenghuni, sepi, sunyi.
Gue ngeliat loket kesekretariatan dan kearsipan dengan tatapan kosong karena tidak ada orang yang bertengger di sana.
Tapi, gue mencoba untuk memberanikan diri gue, melihat lebih dekat ke dalam loket itu.
dan ternyata...

PETUGASNYA MASIH ADA !

ternyata dia bersembunyi di balik komputer.
Thanks, God !
T~T
langsung ucapan syukur dari mulut berikut keringet dari sekujur tubuh gue mengucur dengan derasnya.
ternyata udah pukul 11.01
telat emang. Tapi, ya begitulah gue.
Prince of Ngaret yang selalu berdampingan dengan Princess of Luck (sok tau banget)
apapun itu, akhirnya gue bisa narik napas panjang dan berleha-leha sejenak sembari duduk di bangku deket loket. Dan kemudian gue memutar kembali rentetan peristiwa "ajaib" yang enggak beberapa lama gue alamin itu...

:D



Credits :

- Kak Denty (atas bimbingan, nasihat, kebaikannya)
- Kak Lu'lu (sebagai panjang tangan Kak Ana)
- Kak Ana (sebagai reminder bahwa kesempatan terakhir itu hari ini dan format suratnya. thx berat Kak Ana !)
- Kak Putri (makasih banyak ya Kak Putri sudah sudi meminjamkan notebook-nya !)
- Rental komputer di stasiun UI (mencetak dengan baik hasil print-nan suratnya)
- Tukang ojek (ternyata uangnya dikembaliin lho ! makasih ya abang tukang ojek yang budiman ! :D )
- MP3 abang gue (buat nyimpen data gue)

Rabu, 19 Januari 2011

Dio Adnan Farabi

Dengan nama itu lah gue menapaki kisah hidup di dunia dan melaporkan kisah gue itu kelak di akhirat. Gue penasaran sebenernya nama gue udah terdaftar di Lauhul Mahfuzh dari dulu alias dari zaman azali sana (zaman yang tidak tertembus oleh waktu itu) apa pas gue baru lahir di dunia terus baru terdaftar di Lauhul Mahfuzh-Nya ?
Wallahu'alam.

"apalah arti dari sebuah nama" kata William Shakespeare.
Eet, tunggu dulu !
Nama yang ditempel di KTP, rekening, dan di daftar hadir itu punya arti dan pengharapan lho dari orang tua kita.

Yuk, kita mulai dari "Dio"
Dio ternyata merupakan singkatan dari Dengan Izin Allah.
Dan berkat izin-Nya lah gue ada di dimensi ini.
Subhanallah. Gue baru sadar betapa indahnya nama gue (amin T.T)
Oh, iya untuk vokal 'o' sendiri bukan diliat secara graft-nya ya tapi secara fohn-nya ^,^
Dio juga merupakan nama panggilan gue dari gue orok sampe detik ini.

Selanjutnya "Adnan"
kata Adnan diambil dari salah seorang tokoh bernama Adnan Kasogi.
Meninjau perkataan ortu, ternyata Adnan Kasogi merupakan salah satu dari sekian banyak manusia terkaya di dunia (!!!)
katanya beliau dikenal melalui sebuah perusahaan yang berpengaruh di zamannya.
Mungkinkah gue bakal menjadi salah satu dari sekian banyak orang terkaya di dunia ?
Jujur gue enggak ada ekspektasi apa-apa buat yang ini. Kaya bukan berarti enggak berusaha kan ?
tapi gue tetep salut sama ortu gue karena sudah mau menyemayamkan kata dari nama ini buat gue.
However, berhubung ortu menganggap "berat" nama Adnan Kasogi, jadinya mereka hanya memenggal setengah kata dari namanya (unik ya ? :D)
dan belakangan ini gue baru sadar (lagi) ternyata Adnan itu juga merupakan salah satu nama surga Allah SWT lho !
izinkan hamba Ya Allah supaya bisa menjadi penghuni surga-Mu --yang tidak bisa diterjemahkan dengan pancaindra akan keindahannya--
amin.

Terakhir "Farabi"
kata ini diambil dari salah satu sekolah musik yaitu yaa Farabi itu sendiri.
Dan apakah ini yang ngebuat gue doyan sama musik ya ? (alibi banget)
yaa walaupun gue sama sekali enggak gape mainin alat musik, tapi emang bener sih gue i'm in love dengannya bro ;D
padahal alat musik yang bisa gue maenin sampe sekarang ya cuman pianika + suling. Itu juga karena waktu ada pelajaran kertakes pas SD + SMP buat dapet nilai.
but still, i prefer flute than pianika :DD
ckckck.
Dan shocking-nya gue, ternyata kata Farabi itu juga merupakan nama seorang ilmuwan fisika (whaat !?)
iya bener walaupun nama fisikawan itu ada tambahan 'al' di depannya (Al-farabi)
sampe sekarang gue enggak ngerti kenapa gue enggak bisa suka sama pelajaran sains (no offence ya buat science-lover ^^;)
tapi emang jiwa gue enggak di sana apa mau di kata ?

•••

Sudah puas mendengar sejarah dan seluk-beluk NAMA gue, gue akan bercuap-cuap tentang apa yang telah ia lakukan buat gue.
Pertama-tama gue terbelalak kaget dan seneng bukan kepalang karena NAMA gue "kecantol" di koran dan di situs pada saat pengumuman SNMPTN dibeberkan pada saat bulan Juli 2010 yang menyatakan gue diterima di UI.
gue yang sebelumnya udah ngikutin tes SIMAK UI dan UMB namun pada kenyataannya NAMA gue belum diizinkan "kecantol" baik di koran maupun situs pada waktu itu, selalu tersenyum tabah dan membatin, "belom yo, belom."

and guess what ??

gue lolos di ajang pencarian karir pendidikan yang notabenenya SNMPTN _dan_ itu merupakan ujian saringan terakhir yang memerbolehkan UI menyediakan bangkunya di tahun itu. Gue diterima di fakultas ilmu pengetahuan budaya, jurusan sastra indonesia, yang cuma ngobral 10 bangku dan ditambah beberapa ratus pesaing dari seluruh penjuru tanah air. Sungguh benar-benar keajaiban luar biasa yang enggak bakal gue lupain seumur hidup bisa mengenyam pendidikan di universitas nomor satu di Indonesia. Meskipun bukan pilihan pertama gue, ini merupakan buah kerja keras gue selama ini (TvT)
FYI, gue milih jurusan psikologi di pilihan pertama gue, tapi gue sama sekali enggak ngedumel kenapa gue enggak berhasil nyabet pilihan pertama gue.
Dan kenapa gue milih sastra indonesia di pilihan kedua karena ada sesuatu chemistry yang unik (ajiyeee) ketika gue ngebaca jurusan itu dan sangat serta-merta disetujui oleh ortu ketika gue milih jurusan itu. Gue enggak pernah lupa sensasinya, atmosfernya, dan euforianya saat NAMA gue terpampang gagah di sebuah situs dan surat kabar yang ngebuat gue deg-deg-an setengah mati buat tau gue diterima apa enggak. Flashback gue pun muncul seketika itu juga...

•••

Tahun terakhir gue di dunia persekolahan bukan tanpa hambatan.
Perjuangan, asa, semangat, mimpi, dukungan, keringat, doa adalah teman baik yang selalu mendampingi gue selama ini. Gagal, kantuk, amarah, dendam, dengki, malas, dosa adalah musuh sekaligus guru gue untuk naik kelas di sekolah kehidupan.
Gue harus ngaku kalo gue adalah lelaki yang tidak tereksistensi (baca : enggak eksis) di sekolahan. Mungkin bisa dibilang kehadiran gue cuman untuk menuhin daftar hadir di kelas. Pulang langsung pulang enggak wara-wiri rapat, latihan, mentoring, ekskul ini, ekskul itu, dsb.

Just ordinary man that living inside of his life.

Hari-hari gue kayak papan catur, item-putih.
Sekolah, pr, ulangan, sekolah, pr, ulangan. Begitu seterusnya siklus kehidupan gue di sekolahan. Dan sampe akhirnya gue menginjakkan kaki gue di semester 5 di sebuah SMA di Depok yang bernomor urut 2 itu, suatu impian yang menggebu-gebu pun muncul seketika itu juga. Impian yang dielu-elukan oleh banyak orang dan menjadi kebanggaan orang tua. Hari-hari yang item-putih itu pun gue kendarai oleh satu tujuan : UI.

Kejenuhan yang bertumpuk-tumpuk tentang Try Out, UN, UAS, dan ujian masuk universitas harus gue jabanin demi terangkainya impian indah gue.
Hari-hari yang gue lewati dipenuhi dengan materi, apalan, kisi-kisi, rangkuman, tips, lagu-lagu penyemangat, dan cerita-cerita inspiratif itu ngebuat kinerja otak dan semangat gue berkobar-kobar sejadi-jadinya.

Seleksi Masuk UI (SIMAK UI) pun tiba dengan gegap gempita dan bertabur saingan dari segala penjuru tanah air. Beruntungnya, gue tes di kandang gue sendiri, jadinya enggak perlu repot-repot survei tempat. Ujian itu berlangsung sehari, namun jerih payah dan keringat yang ditumpahkan butuh berbulan-bulan demi menghitamkan 1 dari 5 jawaban yang mengantarkan "pejuang" UI diterima di fakultas yang didamba-dambakannya. Dan beruntungnya gue lagi, gue enggak lolos SIMAK. Padahal tahun itu UI membuka peluang > 50% untuk menyerap mahasiswa baru.

Enggak puas di SIMAK UI, Ujian Masuk Bersama (UMB) gue godain.
Gue menyelesaikan UMB yang juga diadain sehari itu di salah satu SMA di Tebet yang bernomor urut 37. Karena gue cukup yakin dengan kemampuan IPS gue, gue pulang dengan membawa sedikit beban dan dipenuhi pikiran-pikiran bahagia akan UI. Tapi pada kenyataanya, beban yang gue bawa dan pikiran-pikiran bahagia gue enggak cukup buat diterima di UI.

Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pun membuka kesempatan terakhir bagi calon mahasiswa UI.
Penyelenggaraan SNMPTN berlangsung 2 hari, dan gue kedapetan tes di SMA dengan nomor urut 38 di daerah Lenteng Agung, Jakarta Selatan.
Bedanya, SNMPTN menghadirkan TPA (Tes Potensi Akademik) yang memiliki andil 30% dan 70% dari tes bidang studi dasar beserta bidang studi IPS.
Dan apa yang terjadi ?
dengan mengisi kurang lebih 58 dari 75 soal TPA, 1 dari 15 soal matematika, 13 dari 15 soal bahasa indonesia, 15 dari 15 soal bahasa inggris,
dan beberapa jawaban yang berhamburan dari 60 soal di bidang studi IPS, gue pulang dengan hati dan pikiran yang lapang, tanpa ekspektasi apapun.
Gue sudi lebih tua satu tahun untuk mengenyam pendidikan di UI misalkan gue enggak lolos juga di SNMPTN tahun ini.
Enggak ada yang mudah, tapi enggak ada yang mustahil kan di dunia ini dengan bantuan-Nya ?

•••

Sabtu, 17 Juli 2010.
Gue menorehkan sejarah bagi kehidupan gue sendiri pada hari berikut tanggal itu.
di sebuah surat kabar mengabarkan bahwa :

21030022008017 DIO ADNAN FARABI

dinyatakan lolos seleksi SNMPTN yang berkuota < 20% itu untuk menjaring mahasiswa baru di UI. Seketika itu juga perasaan kaget, haru, bahagia, bangga, dan rasa enggak percaya melebur jadi satu. Gue keterlaluan kalo minta lebih dari ini. Bagi gue ini sebuah fenomena bahwa anak yang 'tidak masuk hitungan' kayak gue layak mengenyam pendidikan di UI. Hiperbolis emang, tapi ini istilahnya once in the lifetime for me...
Berkat NAMA dan legalitas yang indah dari Sang Penentu itu lah gue bisa melanjutkan studi ke tingkat yang lebih tinggi.
Setelah kejadian ini, apa yang paling indah selain bersyukur kepada-Nya ?

i made it mom, dad...
may this milestone made both of you proud of me...
:')


•••

AND the adventure is about to start !

gue sendiri adalah seorang lelaki yang berkomponen phlegmatis dari segi personality, bersistem silent-protagonist dari segi game RPG,
berbirokrasi LABIL-isme dari segi politik, berbasis metafora dari segi intelektual, dan berstruktur humus dari segi spesimen.
:D :D :D

in any case,
i'm just another boy with his glasses 8-)

kenapa nge-blog ?
karena sesuatu yang diucapkan akan menguap dan harus dibekap.