Sabtu, 12 Februari 2011

Campus Fair

22 Januari 2011

Iya hari ini adalah hari diselenggarakannya Campus Fair di SMA gue. Acara yang mempromosikan universitas kepada calon maba a.k.a adik kelas itu dihadirkan beberapa PTN dan PTS dari alumni SMA gue sendiri. Walaupun sebelumnya gue enggak dapet undangan, jarkom, dan kabar dari OSIS SMA gue, gue sok-sok-an aja dateng ke SMA tercinta gue. Apakah karena gue bener-bener enggak eksis ya pas SMA dulu ?
*SIGH*
Tapi enggak kenapa, lagipula gue enggak mau jadi orang terkenal (masa yo ?). Iya. Gue cuma mau jadi orang yang dikenal (amin). Karena jadi orang terkenal enggak serta-merta harus memiliki reputasi yang baik, karir yang bagus, selera yang tinggi, dan selalu up-to-date. Jadi orang terkenal enggak perlu itu semua. Jadi orang terkenal cukup dengan mencabik harga diri sendiri, berbuat hal-hal yang tidak terpuji kepada orang-orang, dan menghalalkan segala cara dalam bertindak untuk merampas hak orang lain. Jadi orang dikenal merupakan cita-cita mulia karena dengan itu kita benar-benar menjadi orang yang menebar berkah ke banyak orang, mengasihi sesama, dan saling menasehati kebenaran. Nah, mungkin ini bisa jadi bahan perenungan kita ya, temen-temen.

•••

Acara sebenarnya dimulai pada pukul 08.00 pagi, tapi karena hal ini dan hal itu sekitar pukul 08.30 baru dimulai. Tujuan gue sok-sok-an dateng itu sebenernya pengen berbagi manis-pahit perjuangan dulu buat para junior ditambah mini-reunion sama temen-temen gue. Betapa indahnya berkisah banyak hal tentang pengalaman selama kurang lebih 1 semester di universitas yang notabenenya kita menimba ilmu di sana dengan temen-temen yang berbeda universitas dari kita.

Dan tahukah anda ?

Ketidak-eksis-an gue waktu SMA "terkenal" banget di sini.
Temen-temen gue terbukti pada enggak tau gue kuliah di mana sekarang.

Berikut cuplikannya :

"lu emang jurusan apa di UI ?"
(kata temen gue yang sekarang di vokasi UI)
"lu kuliah di mana emang , Yo ?"
(kata temen sejurusan pas di SMA)
"emang sekarang lu dimana sih ?"
(kata temen SEKELAS gue waktu kelas 3 di SMA)

Dan tahukah anda (lagi) ?
Tiba-tiba gue dipercayai jadi jubir pas giliran UI presentasi.
Adalah Diana Yasmin, sahabat gue, memercayai gue sebagai rekannya dalam sesi yang bergengsi ini. Oh, iya Diana itu mahasiswi UI prodi prancis. Bedanya dia keterima di jalur SIMAK sedangkan gue di SNMPTN.

Ok, and the story goes on !

UI mendapati urutan terakhir dalam "menjual" kampusnya. Dari tahun ke tahun seperti itu.
Kenapa ?
Mudah-mudahan karena UI masih dianggap sebagai PTN yang paling dinanti-nanti dan diimpi-impikan bukan hanya dari labelnya, tetapi juga dari output UI sendiri dalam memerjuangkan harkat martabat bangsa dan negara, tidak hanya di dalam, tetapi juga di luar negeri. Gue yang kurang lebih setahun lalu memelototi alumni smada --yang sekarang resmi jadi mahasiswa UI-- presentasi pada waktu itu, terpolusikan keinginan bahwa tahun depan gue harus jadi seperti mereka. Presentasi di hadapan junior walaupun mereka enggak tau gue siapa.
Dan sekarang ?
it really comes true...
Bagai dilanda gelombang ketidakpercayaan gue meyakinkan diri sendiri kalo gue bener-bener ada ditengah-tengah puluhan junior yang pada saat itu --sebagian besar-- pasti menginginkan hal yang sama dengan gue setahun yang lalu.

UI !!!
KEPAL JARI-JARI TINJU, UI UI KAMPUSKU, BERSATU ALMAMATERKU, UI !!!


Gue dan temen-temen UI lainnya yang udah nunggu sampe meletek akhirnya memasuki ruang multi guna dengan disambut tatapan takjub junior-junior. Entah itu gara-gara almamater yang kita pake apa gara-gara keberisikan waktu kita semua meneriakkan Pekik UI tadi.
Diana and me are grabbing the mic !
Diana membuka presentasi dengan elegan dan gue hanya megap-megap (^^;)
Setelah kita semua udah berjejer di hadapan junior-junior yang lucu, satu per satu dari kami pun memerkenalkan diri. Ada yang terbata-bata, ada yang penuh determinasi, ada juga yang melucu. Diana pun melontarkan pertanyaan kepada junior-junior yang lucu-lucu itu, "siapa yang di sini mau masuk UI !!?"
dan tahukah anda, ternyata hampir semua junior-junior itu mengangkat tangannya. haru sekaligus bangga merasuk di dada gue. "Mudah-mudahan mereka selalu dalam bimbingan-Mu, Ya Allah" batin gue.

Slide-slide mengenai UI pun bermunculan. Isinya merupakan gambaran umum dari UI sendiri. FYI, untuk tahun ini UI membuka jalur penerimaan lewat PPKB (yang biasa disebut dengan PMDK), SNMPTN, SIMAK UI (masih tentatif), dan prestasi. Untuk SNMPTN sendiri dibagi menjadi 2 jalur, jalur undangan dan jalur tes tertulis. Jalur undangan mirip dengan PPKB, namun jalur undangan memperbolehkan siswa-siswi yang memperoleh peringkat 10 besar di kelas dari semester 1-5 dengan syarat nilai yang ada harus konstan atau naik untuk mengirimkan perwakilan dari tiap-tiap sekolah untuk memilih 2 PTN yang berbeda dengan maksimal 3 jurusan yang dipilih. PPKB sendiri hanya memerbolehkan siswa-siswi yang berperingkat 10 besar di kelas dari semester 1-4 dengan syarat nilai yang ada harus konstan atau naik untuk mengirimkan perwakilannya ke PTN dan jurusan yang diinginkan. Nah, untuk tes tertulis sama formatnya seperti tahun kemaren, tapi gue kurang tau pembobotan soalnya kayak gimana. Apakah lebih banyak atau lebih sedikitnya gue enggak tau.
Dan untuk tahun ini SNMPTN diselenggarakan terlebih dahulu ketimbang SIMAK + kuota SNMPTN pada tahun ini lebih banyak daripada SIMAK. Oh, iya SNMPTN dilaksanakan pada bulan Juni sedangkan SIMAK pada bulan Juli.

Sesi tanya-jawab pun dibuka. Hanya 3 orang penanya yang diperbolehkan bertanya pada kesempatan kali ini. Mereka yang bertanya mendapatkan cenderamata dari UI berupa notes kecil beserta pernak-pernik lainnya. Pertanyaan mereka mengenai kurang lebih seperti kekisruhan pengumuman pembagian waktu antara pengajuan PPKB dan SNMPTN jalur undangan, program apa saja yang dibuka dalam SIMAK, dan apakah seseorang yang telah mengajukan PPKB, namun tidak diterima kemudian mengajukan lagi di SNMPTN melalui jalur undangan diperbolehkan atau tidak.

Setelah puas mendengarkan jawaban, Diana bertanya kepada junior-junior itu,
"nah, tadi kan udah dikasih tau segala macemnya tentang UI. sekarang siapa yang tau jalur masuk UI apa aja ???" tantang Diana. Ternyata ada seorang lelaki yang memberanikan diri maju. Dia menjawab dengan sangat tepat, tetapi masih dianggap salah sama kita semua.
"yang bener jalur masuk UI itu, ya lewat pocin, kober, kukel, gerbatama, gang senggol..." terang Diana dengan terkekeh-kekeh.
Junior-junior yang lucu-lucu itu pun sontak tertawa dengan penuh keputusasaan. Merasa dibodohi dengan perbedaan kata "jalur masuk" dan "jalur penerimaan"

Presentasi kami akhirnya selesai dengan banyolan barusan.
Begitulah sodara-sodara petualangan gue hari ini.
Bagaimanakah dengan esok hari ?
Any suggestions ?

Senin, 07 Februari 2011

Kompetisi Web Kompas Muda & AQUA


Petualangan Sang Air

Siapa yang tidak kenal dengan air? Pribadi yang mengalir, menyejukkan, dan menyembuhkan itu? Ya. Mengalir di mana pun dirinya berpetualang, menyejukkan pori-pori kulit kehidupan, dan menyembuhkan di saat revitalisasi sistem dibutuhkan. Mempunyai massa, menempati ruang, bergerak ke segala arah, melarutkan berbagai zat, dan meresap melalui celah-celah kecil merupakan sedikit dari banyaknya ciri khas air. Kenyataannya, air telah berkontribusi dan berkelana jauh mengarungi dimensi beserta portal-portal kehidupan.

Air bukan sekadar senyawa H2O, tetapi prajurit yang mengemban tugas mulia bagi peradaban makhluk hidup. Air rela mengabdikan dirinya demi keberlangsungan makhluk hidup yang selalu membutuhkan uluran tangannya dalam memenuhi kebutuhan di dunia ini untuk meregenerasikan anak-cucu mereka. Air juga menggunakan prinsip memberikan sebanyak-banyaknya daripada menerima sebanyak-banyaknya. Terlebih lagi, air tidak pernah mengeluh, membantah, apalagi memaki. Terlalu banyak manfaat yang indah dari air untuk kita campakkan.

Namun, air tidak selamanya baik. Dia memilih untuk tidak baik bukan karena dia yang  berkehendak, tetapi merupakan bukti penyelewengan manusia yang membengkak. Iklim yang berubah, pelelehan es di kutub, dan banjir-banjir yang membahana merupakan bukti nyata penyiksaan yang dilakukan air kepada kita. Jelas bukan tanpa tujuan air melakukan itu kepada kita tetapi dirinya terpaksa melakukan itu semua untuk menyadarkan kita betapa berharga dan mulia ciptaan-Nya.

Lihatlah langit di saat sedih. Siapa yang menjembatani langit yang sedang bersedu sedan itu dengan bumi? Lihatlah pohon-pohon yang layu dan malu. Siapa yang menjadi penggerak untuk bertumbuh? Lihatlah manusia yang kalah dalam serbuan dahaga. Siapa yang menjadi oasis dalam kalibernya? Pernahkah kita bertafakur bahwa air tercipta dari unsur yang sama sekali berbeda? Pernahkah terlintas di benak kita bahwa sebenarnya oksigen dan hidrogen merupakan kerabat yang dengan mudahnya mendatangkan api? Pernahkah kita belajar dari perbedaan yang menopang kehidupan kita selama ini? Pernahkah Anda bayangkan hidup tanpa air? Haruskah kita membinasakan air dengan bentuk kesewenangan kita? Apa yang terjadi apabila mata air di seluruh dunia hanya diperuntukkan bagi orang-orang penting di luar sana? Masihkah kita menganggap semua ini hanya sebuah ketidakpentingan belaka?

Sudah saatnya bagi kita membalas budi baik yang telah air berikan kepada kita selama ini. Bukankah hidup ini lebih indah jikalau kita saling mengasihi? Air memberikan apa yang kita butuhkan dan kita harus memerlakukan air sebagai sahabat sekaligus ksatria kehidupan kita. Tidak melulu kita memulainya dari hal yang kelihatannya besar, cukuplah dari hal-hal yang sederhana tetapi mempunyai pengaruh yang luar biasa di kehidupan mendatang. Semoga dengan kesadaran kita sebagai makhluk yang dianggap paling sempurna oleh-Nya dapat melestarikan dan saling mengingatkan bahwa air layak untuk masa depan.


Selasa, 25 Januari 2011

Mission Accomplished !

18 januari 2011.
Hari ini ayah gue turun tangan ke UI menyangkut permasalahan administrasi. Dengan membawa berkas-berkas pendukung seperti print-out BOPB, bukti pembayaran kuliah semester 1, salinan surat permohonan kuliah kembali, salinan surat pengajuan cicilan BOPB, beliau melenggang ke UI dengan sigapnya. Sehari sebelum ke UI, ternyata beliau mendapat kabar dari manajer pendidikan di FIB UI perihal permasalahan status akademis gue di kampus. Manajer pendidikan tersebut mengatakan bahwa dia belum menerima surat pengajuan cicilan BOPB (mungkin dapet kabar dari dekan FIB) Padahal udah gue buat sedemikian rupa dengan perjuangan yang "indah" untuk mengantarkan surat itu sampai ke tangan yang berhak. Tapi karena satu dan lain hal, surat pengajuan cicilan BOPB gue terbengkalai begitu aja tanpa meninggalkan jejak. Manajer pendidikan tersebut mengatakan bahwa FIB pada saat itu sedang mengalami overload dalam menangani masalah yang serupa sehingga surat-surat yang masuk di hari-hari akhir registrasi administrasi "terpaksa" tidak terdekteksi.

Kemudian, hal yang mengejutkan pun terjadi.
gue divonis dengan hukuman denda akademik 100% sama dekan FIB. ini berarti 2,6 juta x 2 = 5.2 juta.
Alamak. Uang dari mana sebanyak itu ?
Tapi ayah gue tetep nanyain perihal ini ke dekan FIB karena sewaktu bayaran kuliah semester 1 gue sama sekali enggak telat transfer buat ngelunasin biaya kuliah gue. Beliau juga nunjukkin bukti pembayaran kuliah semester 1 ke dekan.
Dan, apakah yang terjadi ?
Ternyata ada mislead di sini. Setelah melalui proses penyelidikan, bukti pembayaran semester 1 gue BELUM di-submit ke database UI. Lagi-lagi masalah yang serupa, overload.

*POOF*

Ini mengingatkan kita kalo kita cuma manusia, punya khilaf dan enggak bisa sempurna.
Lagi-lagi gue harus mengatakan, prince of ngaret berdampingan dengan princess of luck.
Tapi, siapakah princess of luck itu ?

i wonder. . .

Kamis, 20 Januari 2011

Bad News

15 Januari 2011
Gue denger kabar dari ayah kalo ternyata pas beliau mau transfer bayaran kuliah semester 2 gue, muncul sebuah pemberitaan yang tidak mengenakkan. Layar mesin sebuah ATM mem-pop up-kan kabar bahwa bayaran kuliah gue harus LUNAS tanpa memerincikan pengalokasian cicilannya.
Kenapa bisa begitu ?
apakah gue telat bayaran di semester 1 ?
apakah gara-gara gue ngambil cuti di semester 1 ?
atau apakah cara-cara gue yang salah dalam mengurusi masalah administrasi kemarin-marin ?

Gue denger semua kejadian "lucu" itu semua dari ayah tadi malem. Ayah gue yang udah berusaha mati-matian banting tulang menghidupi keluarganya sampe-sampe beliau suka enggak pulang ke rumah dengan alasan belum mendapatkan "apa" yang seharusnya beliau dapat harus nerima semua perlakuan ini ?
gue enggak ngerti sebenernya ini salah apa dan siapa. Gue cuma berharap kasus yang kayak gini segera terselesaikan dengan semestinya. Gue udah cukup banyak numpuk burden ke ortu gue dan gue enggak mau nambahin itu lagi ke mereka. Udah saatnya gue ngilangin burden yang udah gue tumpuk ke mereka.

Way to go, Dio !

Kuliah (lagi)

14 Januari 2011
Hari ini seperti biasa gue memertahankan gelar gue sebagai --Prince of Ngaret-- karena apa-apa yang gue kerjain pasti NGARET a.k.a TELAT a.k.a TERLAMBAT.
Telat bangun, telat makan, telat mandi, sampe telat secara akademik.
Nah, yang telat terakhir itu yang ngebuat gue harus belepotan sana-sini mengorek-ngorek informasi bagaimana caranya gue bisa melanjutkan kembali kuliah gue (secara kalo enggak ngajuin surat permohonan berarti gue dianggap mengundurkan diri dari universitas tercinta gue T~T), menanyakan mata kuliah apa aja yang boleh gue ambil buat semester 2 beserta matkul-matkul apa aja yang menjadi syarat untuk matkul-matkul lain sama PA + hal-hal seputar Sistem Informasi Akademis Next Generation
(SIAK NG)

Oh, iya untuk mengetahui kenapa gue skip di semester pertama pasti bakal gue beberkan suatu hari nanti (tunggu tanggal mainnya ya !)

Pagi ini gue bangun sekitar pukul 09.00 setelah kemaren gue berpeluh-peluh, berdarah, bernanah -lebay- buat nyari informasi registrasi akademik semester 2 dan bertemu PA _dan_
voila !
gue diizinkan mencomot 14 sks dari 23 sks yang tersedia. Ini berarti 4 dari 7 matkul yang mesti gue jabanin buat semester ini berhubung matkul yang lain harus membutuhkan matkul semester 1 sebagai syarat untuk bisa melanjutkan ke matkul yang bersangkutan.

Matkul yang boleh gue ambil :
1. MPKT Agama (2 sks)
2. MPKT Bahasa Inggris (3 sks)
3. MPKT B (6 sks)
4. Perkembangan Bahasa Indonesia (3 SKS)

Matkul yang belom boleh gue ambil :
1. Fonologi Bahasa Indonesia (3 sks)
syarat : telah mengikuti matkul Pengantar Linguistik Umum di semester 1 dengan
nilai minimal C
2. Kemahiran Bahasa Indonesia II (3 sks)
syarat : telah mengikuti matkul Kemahiran Bahasa Indonesia I di semester 1
dengan nilai minimal C
3. Pengkajian Prosa (3 sks)
syarat : telah mengikuti matkul Pengantar Kesusastraan di semester 1 dengan
nilai minimal C

Anyway, senior gue yang bernama Denty Kusuma Wardany, mahasiswi prodi Indonesia angakatan 2008, kemaren 'membocorkan' rahasia tentang seluk-beluk registrasi administrasi akademik untuk para penerima Biaya Operasional Pendidikan Berkeadilan (BOPB).
Berikut dialog gue dengan beliau :

"gimana, Dek ? udah diurus administrasinya ?"
tanyanya.

"beloman, Kak. rencananya sih pas tanggal 15 nya baru mau bayar tapi enggak tau juga tanggal segitu udah ada uangnya apa belom."
jawab gue lemes.

"eh, tapi kata temen aku yang adkesma bisa dicicil lho, Dek, BOPB-nya. Nanti aku kasih tau nomornya ke kamu ya. Namanya Lu'lu."
tawar Kak Denty ramah.

"beneran, Kak ? tapi gimana caranya bisa dicicil gitu ?"
tanya gue dengan heran karena setau gue BOPB merupakan sistem pembayaran yang SUDAH diringankan dan dibebankan kepada mahasiswa sesuai dengan penghasilan orang tua.

"iya, jadinya kamu disuruh buat surat pernyataan ke wakil dekan. Tapi formatnya kayak apa aku enggak tau. Nanti coba ditanya-tanya aja, Dek."
tukasnya.

"oh, gitu. Harus dicoba itu, Kak ! Makasih ya, Kak Denty !"
jawab gue sumringah.

"oke, Dek."
balas Kak Denty dengan senyum simpulnya.

Selanjutnya gue ngobrol ngalor-ngidul sepanjang jalan sama senior gue yang satu ini tentang UI, organisasi di dalamnya, pengalaman ngajar, sama idealisme UI sendiri. Sungguh lincah, tangkas, dan lihainya gadis berhijab ini dalam mengekspresikan kata-kata yang dikombinasikan dengan body language yang ia tunjukkan. FYI, Kak Denty juga merupakan senior gue waktu gue SMA. Bahkan SMP pun kita samaan ! (how lucky i am :D) SMA 2 Depok + SMP 3 Depok. Terus ketemu lagi di kampus yang sama, fakultas yang sama, jurusan yang sama.
Tapi kenapa baru 'ngeh' sekarang ?
who knows ??

•••

Kembali ke tanggal 14 Januari 2010. Hari ini juga gue kebut-kebutan sama waktu. Dan gue baru ber-sms ria dengan Kak Lu'lu pagi ini (jangan tanya gue kenapa baru sms XD), beliau berkata bahwa alangkah lebih baiknya kalo gue langsung menghadap langsung ke ka. departemen adkesmanya, namanya Ana, mahasiswi prodi Arab 2009.
langsung gue ngebut nanyain perihal BOPB itu kepada beliau. Sepersekian menit pun Kak Ana ngebales sms gue yang kurang lebih berbunyi :

"Iya masih bisa, tapi hari ini terakhir.
formatnya ada di saya.
kamu ke ruang BEM ya jam 10."

Seketika itu juga gue sontak kaget dan ketar-ketir sendiri enggak jelas karena pukul di HP gue adalah 09.48 ! gue enggak tau apa yang akan terjadi kalo-kalo gue dateng lewat pukul segitu...
pikiran-pikiran buruk pun mulai merasuk :
gue enggak ketemu kakaknya, terus gue harus bayar lunas BOPB gue, dan akibat enggak sanggup bayar waktu hari H gue kena denda dan gue enggak bisa buka SIAK dan gue terpaksa keluar dari kampus perjuangan gueee T~T
Aaargh !!! NO NO NO !
(be calm somehow, Dio...)
*SIGH*
emang rumah gue enggak begitu jauh dari UI tapi kan tetep aja kalo udah pukul segitu siapa yang jamin kecuali Sang Pencipta ?
pertama-tama gue bingung mana duluan yang mesti gue kerjain, entah itu sarapan apa mandi duluan. Dan akhirnya gue dapet satu kesimpulan kalo pagi ini gue kedapetan ENGGAK SARAPAN dan ENGGAK MANDI ! (what a good boy) buru-buru gue semprot banyak-banyak parfum tercinta gue, enggak lupa juga pake obat keti (baca:deodorant) di --ya jelaslah-- keti gue, dan grasak-grusuk gosok gigi ala kadarnya. Setelah rangkaian kegiatan itu selesai, gue langsung CAO ke kampus.

Selama perjalanan gue enggak berani ngeliat HP, bukan iritasi karena HP gue yang sampe sekarang belum diganti, melainkan emang gue sekarang lagi kejar-kejaran sama waktu. Akhirnya gue nyampe juga di stasiun universitas tercinta gue, dan gue enggak mau ngambil resiko bakal jalan dari sini ke Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya alias FIB coz istilahnya udah injury time !
naik ojeklah gue dari stasiun ke FIB. goceng. MAHAL T~T
pas gue uda nyampe dan mau bayar dengan selembar uang Rp20.000,00, ternyata abang ojeknya enggak punya kembalian !
MAMA !
ya udah abis itu jadinya dikembaliin sama tukang ojeknya Rp10.000,00 dan dia janji bakal ngembaliin yang gocengnya ke gue pas ketemu dia lagi di pangkalan ojek deket stasiun.
"mudah-mudahan bisa dipercaya ni tukang ojek." batin gue.

gue tergopoh-gopoh sembari berlari-lari dengan riang menuju gedung IX dimana ruang BEM itu berada.
dan... voila !
ternyata ada Kak Denty, Kak Rahma, Kak Putri, Kak Wahyu, dan Kak Bepe yang kesemuanya itu adalah senior-senior gue di sastra Indonesia !
sungguh kehadiran mereka semua membayar ongkos gue pagi ini ! (tapi sayangnya enggak begitu pada kenyataannya XD~)
langsunglah di dalam ruangan itu gue bertatap muka dengan Kak Ana, selaku ka. departemen adkesma. Beliau langsung menyuguhkan format surat itu ke gue dan sekaligus ngasih tau gue kalo loket kesekretariatan dan kearsipan di gedung II bakalan tutup pukul 11.00 karena hari ini ada Jumat-an. Kak Denty yang sedang asyik mengetik di notebook-nya Kak Putri tiba-tiba pandangannya terpancing ke format yang sedang gue tulis ulang di notes gue.

"sini biar aku yang ngetik."
terlontar begitu aja dari mulutnya ketika waktu telah menggencet gue lebih dempet.

"waduh, makasih banget ya, Kak !"
kata gue no jaim sembari berjingkrak-jingkrakkan di dalam hati.

Gue ngediktein formatnya dan Kak Denty tentunya ngetik apa yang gue diktein dan ngoreksi ejaan-ejaan yang salah di format itu. Waktu gue yang makin kegempet ini dibayar lunas dengan kebaikan Kak Denty yang dari kemaren bantuin gue...
(gue doain Kak Denty semoga masuk surgaaa ! amin.)
nah, sekarang masalah perincian nyicilnya. periode cicilan dibagi 3, cicilan pertama tanggal 4-15 Januari 2011, cicilan kedua 1-15 Februari, dan cicilan ketiga 1-15 Maret. Masing-masing periode boleh sama rata pembagian besar biayanya atau boleh satu sama lain berbeda dalam pencantuman besar-kecilnya biaya yang akan dikeluarkan. Gue harus bayar Rp2.600.000,00 per semesternya. Jadinya gue mesti minta pendapat dong sama ortu, baiknya pengalokasian cicilannya berapa-berapa aja tiap periode. Setelah gue kirim sms ke ayah gue, beliau enggak bales, ditelpon juga enggak diangkat. Yaudah abis itu gue nyoba hubungin mama, tapi ga ada balesan juga dari beliau. Dan terakhir menunggu respon dari abang gue, tapi alhasil enggak dapet jawaban juga dari dia. Pikiran gue semrawut karena gue enggak tau ortu sanggup bayar berapa. Dan saat itu juga Kak Denty memecah kesemrawutan gue itu,

"guessing aja gimana, Dek ?"
tanya Kak Denty memberi jalan keluar.

"boleh aja Kak, tapi..."
jawab gue ragu.

"kira-kira aja, ya mungkin dibawah 1 juta dulu buat cicilan pertama dan seterusnya baru dipikirin nanti."
ujar Kak Denty menenangkan.

"iya pikiran Dio juga di bawah 1 jutaan, Kak."
jawab gue.

"berapa ya, Dek, kira-kira ? 800 ribu, 500 ribu, apa 300 ribu ?"
kata Kak Denty memberi pendapat.

"500 ribu aja, Kak."
jawab gue setengah yakin. Kak Denty keliatan berpikir sejenak dan langsung menjawab,

"Oke, berarti cicilan keduanya 1 juta, cicilan ketiganya 1,1 juta. gimana, Dek ?"
kata Kak Denty meyakinkan.

"Sip"
jawab gue ringkas.

selesailah perkara pengalokasian cicilan dan rampunglah semua yang diinginkan format itu.

Udah pukul 10.30
berarti sekarang tinggal nge-print.
biasanya mahasiswa-mahasiswa di sini nge-print segala macem urusannya di Kopma (Koperasi Mahasiswa) or di DPM. Karena kopma lagi tutup dan komputer di DPM juga lagi error, terpaksalah gue menilik ke fakultas tetangga berkat saran dari Kak Denty. Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom). Jujur, gue belom pernah ke fasilkom sampe detik ini juga (apa !?? bisa dikeroyok warga fasilkom lu yo !!!). Iya, maafin gue ya Kak Denty dan teman-teman. Besok-besok gue mesti apal peta UI di luar kepala (amin). Jadi gue rada galau nih kalo perjalanan gue ke fasilkom nanti malah membawa duka dan nestapa (sepik)
Dan gue pun memiliki pilihan lain.
Rental di STASIUN UI !
ya, gue putuskan untuk nge-print di sana karena jaraknya enggak begitu jauh dan sebenernya enggak begitu deket juga sih. Tapi alternatif ini yang paling meyakinkan.
Tanpa banyak pikir dan banyak cincong gue cabut ke sana.

Pukul 10.45 gue tiba di rental tersebut.
langsung aja gue colok MP3 abang gue, buka explore, buka file gue, dan teman-temannya itu.
*PRINT*
Pas gue liat lagi HP gue ternyata udah pukul 10.48 !
langsung aja gue ngibrit layaknya orang kebelet dari stasiun ke FIB gedung II.
Siapa sangka ternyata pas di pintu masuk FIB gue ketemu temen gue yang bernama Nuriyah Amalia a.k.a Jek !
dia temen sejurusan dan seangkatan gue di UI. Langsunglah dia menghampiri gue dan bertanya seputar SIAK NG. gue jawab sekenanya aja coz waktu enggak bisa diajak kompromi. Maafin gue ya Jek :'(

setibanya gue di gedung II tiba-tiba gue hopeless..
kenapa ?
di sana seperti tidak berpenghuni, sepi, sunyi.
Gue ngeliat loket kesekretariatan dan kearsipan dengan tatapan kosong karena tidak ada orang yang bertengger di sana.
Tapi, gue mencoba untuk memberanikan diri gue, melihat lebih dekat ke dalam loket itu.
dan ternyata...

PETUGASNYA MASIH ADA !

ternyata dia bersembunyi di balik komputer.
Thanks, God !
T~T
langsung ucapan syukur dari mulut berikut keringet dari sekujur tubuh gue mengucur dengan derasnya.
ternyata udah pukul 11.01
telat emang. Tapi, ya begitulah gue.
Prince of Ngaret yang selalu berdampingan dengan Princess of Luck (sok tau banget)
apapun itu, akhirnya gue bisa narik napas panjang dan berleha-leha sejenak sembari duduk di bangku deket loket. Dan kemudian gue memutar kembali rentetan peristiwa "ajaib" yang enggak beberapa lama gue alamin itu...

:D



Credits :

- Kak Denty (atas bimbingan, nasihat, kebaikannya)
- Kak Lu'lu (sebagai panjang tangan Kak Ana)
- Kak Ana (sebagai reminder bahwa kesempatan terakhir itu hari ini dan format suratnya. thx berat Kak Ana !)
- Kak Putri (makasih banyak ya Kak Putri sudah sudi meminjamkan notebook-nya !)
- Rental komputer di stasiun UI (mencetak dengan baik hasil print-nan suratnya)
- Tukang ojek (ternyata uangnya dikembaliin lho ! makasih ya abang tukang ojek yang budiman ! :D )
- MP3 abang gue (buat nyimpen data gue)

Rabu, 19 Januari 2011

Dio Adnan Farabi

Dengan nama itu lah gue menapaki kisah hidup di dunia dan melaporkan kisah gue itu kelak di akhirat. Gue penasaran sebenernya nama gue udah terdaftar di Lauhul Mahfuzh dari dulu alias dari zaman azali sana (zaman yang tidak tertembus oleh waktu itu) apa pas gue baru lahir di dunia terus baru terdaftar di Lauhul Mahfuzh-Nya ?
Wallahu'alam.

"apalah arti dari sebuah nama" kata William Shakespeare.
Eet, tunggu dulu !
Nama yang ditempel di KTP, rekening, dan di daftar hadir itu punya arti dan pengharapan lho dari orang tua kita.

Yuk, kita mulai dari "Dio"
Dio ternyata merupakan singkatan dari Dengan Izin Allah.
Dan berkat izin-Nya lah gue ada di dimensi ini.
Subhanallah. Gue baru sadar betapa indahnya nama gue (amin T.T)
Oh, iya untuk vokal 'o' sendiri bukan diliat secara graft-nya ya tapi secara fohn-nya ^,^
Dio juga merupakan nama panggilan gue dari gue orok sampe detik ini.

Selanjutnya "Adnan"
kata Adnan diambil dari salah seorang tokoh bernama Adnan Kasogi.
Meninjau perkataan ortu, ternyata Adnan Kasogi merupakan salah satu dari sekian banyak manusia terkaya di dunia (!!!)
katanya beliau dikenal melalui sebuah perusahaan yang berpengaruh di zamannya.
Mungkinkah gue bakal menjadi salah satu dari sekian banyak orang terkaya di dunia ?
Jujur gue enggak ada ekspektasi apa-apa buat yang ini. Kaya bukan berarti enggak berusaha kan ?
tapi gue tetep salut sama ortu gue karena sudah mau menyemayamkan kata dari nama ini buat gue.
However, berhubung ortu menganggap "berat" nama Adnan Kasogi, jadinya mereka hanya memenggal setengah kata dari namanya (unik ya ? :D)
dan belakangan ini gue baru sadar (lagi) ternyata Adnan itu juga merupakan salah satu nama surga Allah SWT lho !
izinkan hamba Ya Allah supaya bisa menjadi penghuni surga-Mu --yang tidak bisa diterjemahkan dengan pancaindra akan keindahannya--
amin.

Terakhir "Farabi"
kata ini diambil dari salah satu sekolah musik yaitu yaa Farabi itu sendiri.
Dan apakah ini yang ngebuat gue doyan sama musik ya ? (alibi banget)
yaa walaupun gue sama sekali enggak gape mainin alat musik, tapi emang bener sih gue i'm in love dengannya bro ;D
padahal alat musik yang bisa gue maenin sampe sekarang ya cuman pianika + suling. Itu juga karena waktu ada pelajaran kertakes pas SD + SMP buat dapet nilai.
but still, i prefer flute than pianika :DD
ckckck.
Dan shocking-nya gue, ternyata kata Farabi itu juga merupakan nama seorang ilmuwan fisika (whaat !?)
iya bener walaupun nama fisikawan itu ada tambahan 'al' di depannya (Al-farabi)
sampe sekarang gue enggak ngerti kenapa gue enggak bisa suka sama pelajaran sains (no offence ya buat science-lover ^^;)
tapi emang jiwa gue enggak di sana apa mau di kata ?

•••

Sudah puas mendengar sejarah dan seluk-beluk NAMA gue, gue akan bercuap-cuap tentang apa yang telah ia lakukan buat gue.
Pertama-tama gue terbelalak kaget dan seneng bukan kepalang karena NAMA gue "kecantol" di koran dan di situs pada saat pengumuman SNMPTN dibeberkan pada saat bulan Juli 2010 yang menyatakan gue diterima di UI.
gue yang sebelumnya udah ngikutin tes SIMAK UI dan UMB namun pada kenyataannya NAMA gue belum diizinkan "kecantol" baik di koran maupun situs pada waktu itu, selalu tersenyum tabah dan membatin, "belom yo, belom."

and guess what ??

gue lolos di ajang pencarian karir pendidikan yang notabenenya SNMPTN _dan_ itu merupakan ujian saringan terakhir yang memerbolehkan UI menyediakan bangkunya di tahun itu. Gue diterima di fakultas ilmu pengetahuan budaya, jurusan sastra indonesia, yang cuma ngobral 10 bangku dan ditambah beberapa ratus pesaing dari seluruh penjuru tanah air. Sungguh benar-benar keajaiban luar biasa yang enggak bakal gue lupain seumur hidup bisa mengenyam pendidikan di universitas nomor satu di Indonesia. Meskipun bukan pilihan pertama gue, ini merupakan buah kerja keras gue selama ini (TvT)
FYI, gue milih jurusan psikologi di pilihan pertama gue, tapi gue sama sekali enggak ngedumel kenapa gue enggak berhasil nyabet pilihan pertama gue.
Dan kenapa gue milih sastra indonesia di pilihan kedua karena ada sesuatu chemistry yang unik (ajiyeee) ketika gue ngebaca jurusan itu dan sangat serta-merta disetujui oleh ortu ketika gue milih jurusan itu. Gue enggak pernah lupa sensasinya, atmosfernya, dan euforianya saat NAMA gue terpampang gagah di sebuah situs dan surat kabar yang ngebuat gue deg-deg-an setengah mati buat tau gue diterima apa enggak. Flashback gue pun muncul seketika itu juga...

•••

Tahun terakhir gue di dunia persekolahan bukan tanpa hambatan.
Perjuangan, asa, semangat, mimpi, dukungan, keringat, doa adalah teman baik yang selalu mendampingi gue selama ini. Gagal, kantuk, amarah, dendam, dengki, malas, dosa adalah musuh sekaligus guru gue untuk naik kelas di sekolah kehidupan.
Gue harus ngaku kalo gue adalah lelaki yang tidak tereksistensi (baca : enggak eksis) di sekolahan. Mungkin bisa dibilang kehadiran gue cuman untuk menuhin daftar hadir di kelas. Pulang langsung pulang enggak wara-wiri rapat, latihan, mentoring, ekskul ini, ekskul itu, dsb.

Just ordinary man that living inside of his life.

Hari-hari gue kayak papan catur, item-putih.
Sekolah, pr, ulangan, sekolah, pr, ulangan. Begitu seterusnya siklus kehidupan gue di sekolahan. Dan sampe akhirnya gue menginjakkan kaki gue di semester 5 di sebuah SMA di Depok yang bernomor urut 2 itu, suatu impian yang menggebu-gebu pun muncul seketika itu juga. Impian yang dielu-elukan oleh banyak orang dan menjadi kebanggaan orang tua. Hari-hari yang item-putih itu pun gue kendarai oleh satu tujuan : UI.

Kejenuhan yang bertumpuk-tumpuk tentang Try Out, UN, UAS, dan ujian masuk universitas harus gue jabanin demi terangkainya impian indah gue.
Hari-hari yang gue lewati dipenuhi dengan materi, apalan, kisi-kisi, rangkuman, tips, lagu-lagu penyemangat, dan cerita-cerita inspiratif itu ngebuat kinerja otak dan semangat gue berkobar-kobar sejadi-jadinya.

Seleksi Masuk UI (SIMAK UI) pun tiba dengan gegap gempita dan bertabur saingan dari segala penjuru tanah air. Beruntungnya, gue tes di kandang gue sendiri, jadinya enggak perlu repot-repot survei tempat. Ujian itu berlangsung sehari, namun jerih payah dan keringat yang ditumpahkan butuh berbulan-bulan demi menghitamkan 1 dari 5 jawaban yang mengantarkan "pejuang" UI diterima di fakultas yang didamba-dambakannya. Dan beruntungnya gue lagi, gue enggak lolos SIMAK. Padahal tahun itu UI membuka peluang > 50% untuk menyerap mahasiswa baru.

Enggak puas di SIMAK UI, Ujian Masuk Bersama (UMB) gue godain.
Gue menyelesaikan UMB yang juga diadain sehari itu di salah satu SMA di Tebet yang bernomor urut 37. Karena gue cukup yakin dengan kemampuan IPS gue, gue pulang dengan membawa sedikit beban dan dipenuhi pikiran-pikiran bahagia akan UI. Tapi pada kenyataanya, beban yang gue bawa dan pikiran-pikiran bahagia gue enggak cukup buat diterima di UI.

Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pun membuka kesempatan terakhir bagi calon mahasiswa UI.
Penyelenggaraan SNMPTN berlangsung 2 hari, dan gue kedapetan tes di SMA dengan nomor urut 38 di daerah Lenteng Agung, Jakarta Selatan.
Bedanya, SNMPTN menghadirkan TPA (Tes Potensi Akademik) yang memiliki andil 30% dan 70% dari tes bidang studi dasar beserta bidang studi IPS.
Dan apa yang terjadi ?
dengan mengisi kurang lebih 58 dari 75 soal TPA, 1 dari 15 soal matematika, 13 dari 15 soal bahasa indonesia, 15 dari 15 soal bahasa inggris,
dan beberapa jawaban yang berhamburan dari 60 soal di bidang studi IPS, gue pulang dengan hati dan pikiran yang lapang, tanpa ekspektasi apapun.
Gue sudi lebih tua satu tahun untuk mengenyam pendidikan di UI misalkan gue enggak lolos juga di SNMPTN tahun ini.
Enggak ada yang mudah, tapi enggak ada yang mustahil kan di dunia ini dengan bantuan-Nya ?

•••

Sabtu, 17 Juli 2010.
Gue menorehkan sejarah bagi kehidupan gue sendiri pada hari berikut tanggal itu.
di sebuah surat kabar mengabarkan bahwa :

21030022008017 DIO ADNAN FARABI

dinyatakan lolos seleksi SNMPTN yang berkuota < 20% itu untuk menjaring mahasiswa baru di UI. Seketika itu juga perasaan kaget, haru, bahagia, bangga, dan rasa enggak percaya melebur jadi satu. Gue keterlaluan kalo minta lebih dari ini. Bagi gue ini sebuah fenomena bahwa anak yang 'tidak masuk hitungan' kayak gue layak mengenyam pendidikan di UI. Hiperbolis emang, tapi ini istilahnya once in the lifetime for me...
Berkat NAMA dan legalitas yang indah dari Sang Penentu itu lah gue bisa melanjutkan studi ke tingkat yang lebih tinggi.
Setelah kejadian ini, apa yang paling indah selain bersyukur kepada-Nya ?

i made it mom, dad...
may this milestone made both of you proud of me...
:')


•••

AND the adventure is about to start !

gue sendiri adalah seorang lelaki yang berkomponen phlegmatis dari segi personality, bersistem silent-protagonist dari segi game RPG,
berbirokrasi LABIL-isme dari segi politik, berbasis metafora dari segi intelektual, dan berstruktur humus dari segi spesimen.
:D :D :D

in any case,
i'm just another boy with his glasses 8-)

kenapa nge-blog ?
karena sesuatu yang diucapkan akan menguap dan harus dibekap.